6.18.2009

Keanehan seorang wong cilik

Postingan ini berdasarkan kisah nyata, tetapi nama-nama pelaku disamarkan untuk menghormati privacy yang bersangkutan. Artikel ini bercerita mengenai seorang tukang bubur ayam dan keluarganya yang sebenarnya bubur ayamnya lumayan enak, karena itu jikalau ada kesempatan di hari Minggu pagi, jikalau saya dan keluarga berjalan-jalan ke Gasibu (yang di hari Minggu sangat ramai), saya sering menyempatkan diri mampir di tukang bubur ayam tersebut sekaligus sarapan, walaupun tidak setiap minggu. Tetapi postingan ini bukan untuk menceritakan bubur ayam dagangannya tetapi untuk menceritakan cara si tukang bubur tersebut “mendidik” anaknya yang menurut saya sangat “lucu” dan “aneh” sekaligus menyebalkan. Begini ceritanya…….

Si mang bubur ayam ini sebenarnya setiap hari berjualan di dekat sebuah bank pemerintah dekat ITB. Namun setiap hari minggu, bersama istrinya, si mang bubur ini berjualan di Gasibu karena lebih ramai di sana. Untuk itu setiap hari Minggu si mang bubur dan istrinya dengan susah payah mendorong gerobak bubur yang cukup berat itu dari rumahnya ke lapangan Gasibu yang jaraknya lumayan jauh itu sejak dini hari pukul 3.30. Mungkin karena kerja kerasnya ini, si mang bubur boleh dikatakan cukup berhasil setidaknya diukur dari barometer seorang tukang bubur. Ia berhasil menyekolahkan anak2nya dengan baik. Bahkan anak tertuanya, laki-laki, sudah kuliah di STBA di Jalan Cihampelas jurusan Bahasa Inggris. Namun sayang sepertinya keberhasilannya secara ekonomi, tidak diikuti dengan keberhasilan si mang bubur ‘mendidik’ anak-anaknya. Kenapa?

Nah, hal tersebut berkaitan dengan anak laki-lakinya yang kuliah di STBA tersebut. Suatu hari saya bertanya: “Kenapa anak laki-lakinya yang kuliah di STBA tidak pernah membantu orang tuanya berjualan? Minimal kenapa sang anak lelaki tidak pernah membantu orang tuanya mendorong gerobak bubur?”. Dengan polos jujur si mang bubur menjawab bahwa anaknya malu ikut berjualan bubur apalagi jikalau hal tersebut diketahui oleh teman-teman kampusnya. Saya sampai bengong saja mendengar jawaban tersebut. Dan saya lebih bengong lagi ketika orang tuanya setuju dengan alasan si anak dan membiarkan anaknya berleha-leha dan tidak perlu membantu orang tuanya berjualan bubur.

Bukan itu saja. Si anak juga dibelikan Nokia N81 yang cukup mahal walaupun barang seken. Padahal orangtuanya cukup ber-HP Esia yang harganya ‘hanya’ ratusan ribu. Mula-mula aku nggak mau berburuk sangka dulu. Aku hanya berfikir pasti si anak sangat istimewa, minimal mungkin prestasinya di kampus luar biasa. Ya, jikalau si anak benar ‘istimewa’, tidak heran jikalau orang tua memanjakan anaknya seperti itu walau dengan alasan yang kurang masuk akal.

Namun bagaimana kenyataannya? Di hari Minggu, dua minggu yang lalu, saya berkesempatan bertemu dengan sang anak di Gasibu yang sangat terpaksa menemani sang ayah berjualan di Gasibu karena istri mang bubur tengah ada keperluan keluarga. Itupun si anak duduknya berjauhan dengan ayahnya yang berjualan bubur sambil memainkan HP-nya yang canggih tersebut.

“Oh ini anaknya toh……” fikirku dalam hati. Lalu aku dekati sang anak. Karena ia sekolah di STBA jurusan Bahasa Inggris, lalu aku mengajaknya berbicara dalam Bahasa Inggris. Ternyata dia cuma bengong saja tidak mengerti dan dijawab dengan satu dua kata dalam Bahasa Inggris dasar. Aku terkejut dan ‘kecewa’ karena ternyata sang anak sama sekali tidak istimewa dalam studinya. Setelah ‘diselidiki’ lebih lanjut ternyata diapun masih sangat kesulitan dalam mengerti tata bahasa dasar Bahasa Inggris.

Aku semakin tidak habis berfikir. Ini anak sudah “bego”, gengsinya tinggi, materĂ© (materialistis) pula! Andaikan “bego” ya nggak apa-apa, tetapi ya jangan gengsinya tinggi ataupun materĂ©. Atau gengsi tinggi dan materĂ© boleh-boleh aja, tapi prestasinya minimal di kampus bisa dibanggakan. Jangan kebobrokan diborong semua! Saya sadar, bahwa mang bubur dan istrinya tidak berpendidikan tinggi, mungkin karena itulah mereka tidak bisa “mendidik” anaknya dengan baik. Tapi apa iya sih, mendidik anak supaya minimal berbakti kepada orang tua membutuhkan orang tua yang berpendidikan tinggi? Nggak tahu deh…….!


Sumber : spektrumku

0 komentar:

Posting Komentar

 

Tentang gw

Foto saya
Tangerang, Banten, Indonesia
saya anak Smk Negeri 2 Kota Tangerang yang ingin menjadi seseorang yang berrguna....

pembaca setia

===>> Perhatian !! terima kasih atas kunjungannya, saya membolehkan copas ( copy paste) asalkan memberikan link sumber dari blog ini yaitu http://loveuyuliana.blogspot.com dan blog ini setiap minggunya pasti di update, Tinggalkanlah jejak agar saya dapat mengunjungi anda<<===